AL-BURDAH 
LANGITAN FULL  
 
---Mengenal Burdah Dan Manfaatnya
Tentang Imam Al-Bushiri
Di dalam kitab “Jamharatul Auliyaai wa A’laami Ahlit Tashauwufi ” , karangan ‘Aalimul Jalil as Sayyid Machmud Abul Faidl al Manufi al- Husaini, di jelaskan sebagai berikut :
“ Beliau seorang ustadz yang tegas, yang ‘arif sempurna, surya agama, tanda kebenaran ummat, guru (syaikh) orang – orang yang ahli hakikat : Abu ‘Abdillah Syarafuddin Muhammad bin Sa’id bin Hammad bin Muhsin bin ‘Abdullah bin Shanhaj bin Hilal As Shanhaji Al Bushiri.
Dilahirkan di Dalaash pada awal bulan Syawal hari Selasa tahun 608 H/1211 M. kedua orang tuanya dari Maghrib, kemudian menetap di Dalaash namun beliau besar di Bushir, sehingga kemudian lebih dikenal dengan Imam Al Bushiri.

Al Bushiri sebenarnya tak hanya terkenal dengan Burdah-nya. Ia juga dikenal sebagai Ahli Fiqih dan Ilmu Kalam. Namun nama Burdah telah menenggelamkan ketenarannya sebagai seorang sufi yang besar yang memiliki banyak murid. Dalam kaitannya dengan alam kesufian ini Beliau adalah pengikut Tarekat Syaziliyah dan merupakan murid dari Syeich Abul Abbas Al Mursi. dimana Syeich Abul Abbas Al Mursi sendiri adalah murid langsung dari Sayyidina Syeich Abul Hasan As Syazili (Pendiri Tarekat Syaziliyah). Tercatat bahwa Al Bushiri dan Syeich Abdullah bin Ahmad Athaillah (Pengarang Kitab Al Hikam) merupakan murid kesayangan dari Syeich Abul Abbas Al Mursi. Namun karya Burdah-nya dipandang sebagai puncak karya sastra dalam memuji Rasulullah SAW, Al Bushiri diberi gelar sebagai Sayyidul Muddah yang berarti “Pemimpin para pemuji Rasulullah SAW”.

Sayyid Mahmud Faidh Al Manufi menulis dalam bukunya, Jawharat al Awliya, bahwa Al Bushiri tetap istiqamah dalam hidupnya sebagai seorang sufi sampai akhir hayatnya. Beliau wafat pada tahun 696 H dan dimakamkan di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih dijadikan tempat ziarah yang berdampingan dengan makam gurunya, Syeich Abul Abbas Al Mursi.

Dan setelah 2 (dua) tahun dari kewafatannya lahirlah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad yang dikenal dengan Ibnu Jaabir Al Andalusi. Ia terpesona dengan qasidah Burdah, yang dikemudian hari hal ini mengilhaminya untuk membuat suatu qasidah dalam memuji Rasul SAW. Ibnu Jaabir Al Andalusi wafat pada bulan Jumadil Akhir 780 H, dimakamkan di Birroh, Andalusi.

Imam Ibnu Hajar mengatakan, “Al Bushiri adalah keajaiban yang ditampakkan Allah SWT dalam hal susunan prosa dan syair. Andaikan ia tidak memiliki karya kecuali qasidahnya yang terkenal dengan nama Al Burdah tersebut, itu sudah cukup mengangkat kemegahannya. Begitu pula qasidah hamziyah nya (qasidah yang diakhiri dengan hurup hamzah) yang memukau.”

Latar Belakang Munculnya Burdah

DR. Zakki Mubarak menyatakan : Al Bushiri mengemukakan kepada kita mengapa ia menulis Burdah, katanya : “Aku menyusun qasidah–qasidah ini untuk memuji Rasulullah SAW. Disamping itu temanku yang bernama Zainauddin Ya’qub bin Az Zubair meminta kepadaku untuk membuat suatu bentuk syair. Bertepatan kemudian peristiwa yang menimpa daku yaitu sakit lumpuh separo badanku, kemudian terpikir oleh daku untuk menyusun qasidahku ini dan aku pun mengerjakannya, dan aku mengharapkan syafa’at dengan qasidah itu kepada Allah SWT, agar Allah Ta’ala menyembuhkan daku, dan aku ulangi melagukannya, aku berdo’a, dan aku bertawassul dan aku pun tidur kemudian aku bermimpi melihat Nabi SAW.

Kemudian Nabi SAW mengusapku dengan tangannya yang berkat itu, dan memberikan kepadaku Burdah. Akupun tersentak, lalu terbangun, aku pun berdiri dan keluar dari rumahku, dan aku tidak pernah memberitahukan hal tersebut kepada seorang pun sampai kemudian sebagian orang – orang fakir menemui daku dan berkata kepadaku : “ Aku mengharapkan engkau memberikan kepadaku qasidah yang engkau buat memuji Rasulullah SAW”, kemudian aku berkata : yang mana? Sang Fakir berkata : ialah yang engkau karang waktu engkau sakit dan kemudian ia menyebut permulaannya, dan kemudian sang fakir berkata : “Demi Allah sungguh aku mendengarnya kemarin ketika disenandungkan disamping Rasulullah SAW dan Beliau bergerak – gerak dan hal itu mengherankan daku, kemudian Nabi SAW memberikan Burdah (selendang) kepada orang yang mensenandungkannya.

Ketika menyusun qasidah ini dan melihat Nabi SAW di dalam tidurnya, kemudian Al Bushiri melagukan di sisi Nabi SAW, dan seolah – olah Nabi SAW bergerak seperti halnya cabang – cabang pohon bergerak, setelah Al Bushiri sampai kepada kata – katanya

(فـمبـلغ العـلم فـيه أنـه بـشــر) ia tidak bisa menyempurnakannya, kemudian Rasulullah SAW berkata kepadanya : bacalah. Jawab Al Bushiri : saya tidak bisa membuat mishra’ (suatu ‘ajz, atau rangkaian kedua dari satu bait) terhadap mishra’nya yang pertama. Lalu Rasulullah SAW berkata : (وأنـه خـيـرخـلـق الله كلهـم)karena itu Al Bushiri memasukkan mishra’ ini ke dalam baitnya tersebut, tepat seperti yang dikatakan oleh Nabi SAW, dan Al Bushiri menjadikan shalawat yang dibaca berulang – ulang setiap selesai membaca satu bait – bait Burdah, karena kecintaannya kepada lafadzh Nabi SAW.
Pada dasarnya Burdah itu sendiri tidak bisa menyebabkan kekeramatan bagi setiap orang, dan tidak lain hal itu bisa terjadi hanya karena mempercayainya dengan kesungguhan dan keikhlasan, sehingga tergambarlah keistimewaan, dan keajaiban – keajaiban, dan memang demikianlah Burdah itu bagi sebagian orang diamalkan untuk mengharapkan perjumpaan dirinya dengan Rasullullah SAW.

Secara umum Burdah memberikan pengaruh dalam hal antara lain :
a. Pengaruhnya di dalam kelompok – kelompok yang terkenal
Tidak ada yang menghafalkan qasidah yang panjang sebagaimana halnya mereka menghafalkan Burdah itu bahkan menjadikannya sebagai wirid : dibaca di waktu pagi dan sore, bahkan ada yang membaca di suatu makam yang bagus sesudah shalat fajar tiap hari Jum’at. Banyak pula orang – orang yang mengumpulkan anak – anak kecil untuk membaca Burdah di samping jenazah.

b. Di dalam karang – mengarang
Adapun pengaruhnya dalam dunia karang mengarang lahirlah banyak pengarang dan pensyarah terhadap burdah sehingga timbul bermacam-macam syarah (komentar). Dalam hal ini yang sudah memberi komentar antara lain ialah, Ibnu Sho-ight yang wafat tahun 776, Ali bin Muhammad al Qolasha wafat pada tahun 891, Syihabuddin ibn al-Imaad yang wafat pada tahun 808, Asyaikh Khalid al Azhary yang wafat tahun 905, Jalaludin al Machali, Muhammad bin Achmad al Marzuqiy, Muhammad al Mishry, Zakariya al Anshory
.
c. Di dalam pengajaran
Mengenai pengaruhnya di dalam pengajaran, hal ini di lakukan misalnya oleh ulama – ulama Al Azhar pada setiap hari kamis dan jum’at dengan mengajar Chassiyah Al Bajury ‘Alal Burdah.dan pengajaran ini banyak diikuti oleh pelajar dan mahasiswa.

d. Di dalam puisi
Pengaruh burdah dalam dunia atau dilingkungan syi’ir (sajak dan sastra) dan para sastrawan sangat besar sekali dan mereka memuatnya dalam sajak – sajaknya. Mensyatharnya (istilah syi’ir arab), melimakannya, mentujuhkannya, mensepuluhkannya, dan mengarudlkannya (membuat perumpamaan atau sajak yang menyerupainya).

Pengertian Burdah
Ibnu Saiyidih berkata : kata Burdah itu berasal dari Al Burdu yaitu baju yang bergaris – garis dan orang Arab mengkhususkannya untuk hiasan, jama’nya : abradun, abrudun dan burudun. Sedang Al Burdatu yaitu kain yang digunakan sebagai selimut. Ada yang mengatakan apabila terbuat dari bulu berumbai – rumbai dinamakan Burdah. Syamir mengungkapkan orang Arab Khuzaimiyah kerap kali menggunakan semacam sapu tangan/kain yang terbuat dari bulu yang ia gunakan bersarung, akupun menanyakannya : apakah namanya ini? Ia menjawab : ini adalah Burdah selubung yang bergaris. Burdah adalah kain persegi empat yang ada hitamnya. Burdah lebih mirip dengan selendang karena kasar atau halusnya.

a. Burdah atas nama Ka’ab bin Zuhair
Bânat Su’âd, itulah nama sebuah syair pujian yang sangat masyhur. Syair ini merupakan karya Ka’ab bin Zuhair yang memiliki saudara yang bernama Bujair yang terlebih dulu masuk Islam, ketika mengetahui Bujair masuk Islam Ka’ab marah dan saat itu timbul kebenciannya kepada Islam dan Rasulullah SAW . Beberapa kali Ka’ab mengejek Rasulullah SAW.

Sepulang Rasulullah SAW dari Perang Thâif, Bujair menulis surat kepada saudaranya untuk memeluk Islam dan mengingatkan kabar buruk jika ia menolak. Bujair menyarankan Ka’ab untuk bertaubat dan memeluk Islam.

Ka’ab mendatangi Rasulullah SAW di Madinah untuk bertaubat dan meminta perlindangan namun para sahabat ketika mendengar bahwa ia adalah Ka’ab langsung meminta izin kepada Rasulullah untuk memenggal kepalanya karena kelakuannya yang selalu menghina Nabi SAW. Saat itu Kaab bin Zuhair sudah berusia 100 tahun. Namun Nabi melarang para sahabat dan memaafkan Ka’ab yang telah bertaubat. Kaab bin Zuhair adalah salah satu penyair terkenal di kalangan Jahiliah dengan nama panggilan Ibnu Abi Salma.
Maha Suci Allah, Ka’ab langsung berubah dan menjadi sangat mencintai Rasulullah SAW, secara spontan Ka’ab melantunkan sebuah syair pujian untuk Rasulullah SAW yang terkanal dengan sebutan Banaat Su’aad (Putri-putri Su’ad) terdiri dari 59 bait puisi. Atas dasar itu Nabi SAW memberikan Burdah (jubah) yang dipakainya kepada Kaab bin Zuhair. Jubah yang menjadi milik keluarga Ka’ab tersebut akhirnya dibeli oleh Mu’awiyyah bin Abu Sufyan seharga (20.000) dua puluh ribu dirham, kemudian burdah tersebut dibeli lagi oleh Abu Ja’far Al Manshur dari Dinasti Abbasiyah dengan harga (40.000) empat puluh ribu dirham. Burdah itu hanya dipakai sekali olehnya pada waktu shalat ‘Id dan diteruskan secara turun – menurun.

b. Burdah atas nama Imam Al-Bushiri
Sedangkan qasidah Burdah yang disusun oleh Al Bushiri nama aslinya adalah Al-Kawakib Ad-Durriyyah fi Madhi Khair Al-Bariyyah (Bintang – bintang Gemerlap tentang Pujian terhadap Sang Manusia Terbaik). Namun lebih dikenal dengan nama Burdah Al-Madih Al-Mubarakah atau Burdah saja. Ia menulis burdah ini semata-mata untuk memuji Nabi SAW dan tidak mengharapkan sesuatu berupa harta benda seperti yang terjadi pada Ka’ab bin Zuhair sebagaimana tersebut diatas.

Al Bushiri hidup pada masa transisi yakni kekuasaan Dinasti Ayyubiyah ke Dinasti Mamalik Bahriyah. Dimana pergolakan politik terus berlangsung, akhlak masyarakat merosot, para pejabat pemerintah mengejar kedudukan dan kemewahan.
Munculnya qasidah Burdah itu juga merupakan reaksi terhadap situasi politik, _sosial dan kultur pada masa itu agar mereka senantiasa mencontoh kehidupan Nabi SAW.
Bacaan – bacaan Burdah

Ibrahim Al Bajuri menyatakan bait Burdah yang diawali dengan Alhamdulillah tidaklah termasuk rangkaian Burdah yang disusun oleh Imam Al Bushiri. Walaupun indah, menurut sastrawan Arab tidaklah tepat kalau Burdah yang disusun Al Bushiri dimulai dengan bait itu, karena kebiasaan sastrawan Arab di dalam memulai syairnya selalu didahului dengan menyebut maksud dan tujuan syairnya. Dalam hal ini karena Burdah dimaksud untuk memuji Nabi Muhammad SAW, keasyikan pengarang terhadap Nabi, jadi haruslah dimulai dengan menyebut tujuan keasyikan, kerinduan dan sebagainya.

nich link nya
burdah versi langitan full
download1
link burdah 2 download2
link burdah 3 download3
link burdah 4 download4
link burdah 5 download5
link burdah 6 download6
link burdah 7 download7
link burdah 8 download8
link burdah 9 download9
link burdah 10 download10

SALAM LUAR BIASA SEMUANYA
JANGAN LUPA SHARE AND IKURI/FOLLOW